logo

Kaleidoskop Pengadilan Agama Bojonegoro Meraih predikat WBK

Kaleidoskop Pengadilan Agama Bojonegoro Meraih predikat WBK

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Plt. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Plt. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

BERHASIL DAMAI LAGI

BERHASIL DAMAI LAGI!!!!!!! PENYELESAIAN IDEAL, ANAK MENDAPATKAN BAGIAN HARTA BERSAMA Bertempat di kantor Pengadilan Agama Bojonegoro, pada hari Kamis, 23 Nopember 2023, Haki
BERHASIL DAMAI LAGI

FAQ-IH

Dalam suatu website, FAQ adalah hal umum disediakan untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi. Kepanjangan FAQ-IH adalah Frequently Asked Questions dan Informasi Humas
FAQ-IH

Diska Bojonegoro Rangking 7 PDA Gercep Teken MoU

Diska Bojonegoro Rangking 7, PDA Gercep Teken MoU. PDA Bojonegoro melakukan penandatanganan MoU dengan Pengadilan Agama untuk Pencegahan Dispensasi Nikah Anak (Istimewa/PWMU.CO
Diska Bojonegoro Rangking 7 PDA Gercep Teken MoU

Biaya Perkara

SIPP

Jadwal Sidang

SIWAS

e-court

Gugatan Mandiri

WA

aco

PTSP Online

CEK AKTA CERAI

Dipublikasikan oleh admin on . Hits: 1033

KACAU PUASAKU HANYA DAPAT LAPAR DAN DAHAGA

Drs.H.Sholikhin Jamik,SH., M.H.

PENGELOMPOKAN tingkatan orang yang berpuasa di Bulan Suci Ramadan menurut Imam al Ghazali, memberi kesan publik seolah-olah ada puasa untuk kelompok tertentu dan bukan untuk keloampok lainnya. Padahal Puasa Ramadan itu adalah sama sebagaimana membaca dua kalimah syahadah, shalat, zakat, dan juga haji, yaitu satu pedomannya.

Hanya yang perlu diperjelas adalah siapa sebenarnya yang diwajibkan untuk berpuasa, shalat, zakat, haji, dan lainnya. Karena setelah mengerti siapa sebenarnya yang terkena beban untuk menjalankan ritual puasa, maka akan berhasil meningkatkan kualitas ritual dan membawa perubahan perilaku yang diinginkan.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Q.S.2:183), yang di wajibkan puasa adalah manusia. Maka fokus kita manusia itu sebenarnya siapa.

Pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu. Semua ulama dan bahkan kaum muslimin pada umumnya sudah memahami bahwa manusia terdiri atas dzahir dan batin. Yang dzahir ini adalah yang berbentuk fisik atau tubuh manusia. Sementara itu yang batin adalah berupa ruh yang ditiupkan oleh Allah SWT, pada saat manusia berusia 4 bulan dan 10 hari, ketika masih berada di dalam kandungan ibunya.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS: 32 :7- 9).

Ruh itu juga disebut dengan iman, nur atau cahaya, dan juga disebut dalam al-Qur-an Surat Asy Shyuura yang artinya: “Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus kitab (Q.42:52).

Ruh itulah sebenarnya yang menjadikan tubuh manusia dapat menjadi bergerak dan berfungsi. Telinga dengan adanya ruh memiliki kemampuan untuk mendengar, mata bisa melihat, hidup bisa menghirup udara, otak bisa berpikir, dan semua anggota badan bisa berguna sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Ketika orang lagi tidur, maka ruhnya digenggam oleh Allah sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 42 yang artinya: ”Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (Q.S: 39:42).

Pada saat tidur itu, maka semua anggota tubuh, seperti mata, telinga, mulut, otak, dan lainnya tidak berfungsi, Baru setelah ruhnya dikembalikan, maka semua anggota tubuh tersebut dapat berfungsi kembali. Begitu pula, ketika ruh itu kembali untuk selamalamanya, atau disebut mati, maka jasatnya atau semua anggota tubuhnya, sekalipun masih tampak segar, harus segera dimakamkan.

Mempertimbangkan keterangan tersebut, maka sebenarnya yang menjadi inti daripada manusia adalah ruhnya, atau disebut iman, nur, atau kitab sebagaimana disebutkan di muka.

Itulah sebabnya, bahwa yang diseru untuk berpuasa adalah imannya dan yang seharusnya dipuasakan adalah nafsunya, sesua disebutkan dalam al Quran: "Wahai orang-orang yang beriman, Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Q.S.2:183).

Di dalam tubuh setiap orang terdapat apa yang disebut dengan hawa, pengertiannya adalah keinginan, kehendak atau hasrat, dan lebih indentik dengan istilah “syahwat” artinya segala sesuatu yang diingini, yang digemari, yang disukai, yang menarik hati dan yang mendorong hasrat seksual, nafsu, pengertiannya adalah jiwa terdalam, batin atau rohani, diri atau ruh manusia yang pada mulanya bersifat mulia dan bersih, dunia, dan setan.

Kekuatan itulah yang seharusnya dipuasakan atau dibelenggu dalam sebulan penuh di bulan Ramadhan, untuk meraih derajat takwa.

Tubuh manusia sebenarnya adalah tempat di mana ruh harus ditampung. Tanpa tubuh maka ruh tidak akan bisa dikenali. Hal itu jika dibuat perumpamaan, adalah sama dengan benda cair atau gas, maka harus ada tempatnya. Tanpa tempat maka benda cair tersebut tidak dapat dikenali. Seumpama teh atau kopi, maka harus ada tempatnya, yaitu gelas dan atau cangkir. Teh atau kopi, sekadar untuk memperjelas, adalah ruhnya. Sementara itu gelas atau cangkirnya adalah tubuhnya. Mengikuti perumpamaan tersebut, yang seharusnya berpuasa adalah ruh atau imannya. Sedangkan yang dipuasakan adalah hawa, nafsu, dunia, dan syetan. Kepercayaan Allah yang ada di dalam dada manusia yang kemudian disebut dengan iman itulah yang seharusnya berpuasa.

Demikian pula oleh karena yang menjadi wadah ruh adalah tubuh, maka tubuh pun ikut dipuasakan, dengan cara meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami isteri di siang hari. Akan tetapi, tubuh tetap sebagai tubuh yang diperintah atau digerakkan oleh ruh atau imannya.

Manakala berpuasa dimaknai seperti dijelaskan tersebut, maka pembagian puasa menjadi tiga tingkatan (baca menurut Imam al Ghazali) menjadi tidak relevan. Puasa yang hanya meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami isteri di siang hari, adalah bukan puasa yang sebenarnya. Yang berpuasa hanya sekadar tubuhnya dan bukan manusianya itu sendiri.

Itulah sebabnya, dalam hadis Nabi SAW disebutkan bahwa "banyak orang berpuasa tetapi tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga." Hal demikian terjadi, karena pada hakikatnya mereka tidak berpuasa. Tubuh yang meninggalkan makan minum dan hubungan suami isteri di siang hari, adalah bukanlah puasa yang sebenarnya. Sedangkan puasa yang dimaksudkan untuk memperoleh derajat takwa, adalah puasanya iman dari ajakan hawa, nafsu, dunia dan setan. (*/imm)

Penulis: Panitera Pengadilan Agama Bojonegoro

Sumber : https://beritabojonegoro.com/read/21932-hakikat-puasa-ramadan.html

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Bojonegoro Klas IA

Jalan MH. Thamrin No.88
Bojonegoro,
Jawa Timur

(0353) 881235

(0353) 892229

pabojonegoro@gmail.com